Rabu, 02 Oktober 2013

Ingatkah Kamu

Detik ini………..
Di jendela ini…………..
Didepan layar ponsel ini……….
Aku kembali mengulang semua itu lagi, Dengan tangan di dagu, Aku mencoba menyangga kepala yang hampir saja terjatuh karna tak kuat. Pusing. Dan akhirnya sempurna sudah mata ini tertutup. Gelap. Ramai. Kemudian hilang.
* * *
Suaranya selalu saja seprti itu, legam kebapak-bapakan. Padahal umurnya masih 25 tahun, selisih 5 tahun denganku. Tapi seakan umurnya sudah 50 tahun.
 “Aku seneng banget denger orang ngaji dek, adek gak pengen ngaji ta?” “suaraku lo gak bagus kak,, Aku malu…!” Tertawa……… dan kemudian menutup telfon. Hanya seperti itu.
 Sejak pertama kenal, Dia memang seperti itu. Selalu membuatku tersenyum. Berganti hari, berganti bulan, berganti tahunselalu saja seperti itu. Hanya melalui suara. Memang, kita belum pernah bertemu sebelumnya, hanya sekedar tukar fotopun tidak pernah, semua hanya melalui telfon. Tapi seakan Dia didepanku, selalu menemani hari-hariku, kapanpun dan dimanapun Aku butuh Dia selalu ada. Aku adalah seorang santri, Aku memegang telfon hanya ketika liburan. Satu tahun libur dua kali. Dua tahun…. Rasanya baru kemarin Aku mengenalnya, tapi ternyata waktu mengatakan lain, karna ternyata sudah dua tahun Aku mengenalnya. Hingga ketika Aku masih duduk sendiri memperhatikan layar TV, saat HPku berbunyi. Tanda sms masuk . Segeralah jari ini memencet tanda open.
Ramadhani: dek Via………….sibuk gak? Kakak pengen ngomong sesuatu nih….1
Sejenak Aku terdiam.
Ngomong sesuatu? Selama ini tidak pernah ada sesuatu yang berbeda. Atau mungkin,,, memang ada sesuatu….. Dan sesuatu itu terjadi.
BRUK!
 Aku tersentak, ada sesuatu yang menimpa punggungku. Sebuah tangan besar berhasil mendekap mulutku. Aku mencoba melawan, tapi sia-sia, tangan lemah ini terlanjur menyatu dalam satu tali. Sangat sakit. Dan kemudian hitam, karna mata ini telah ditutup oleh kain, begitu pula mulutku. Semua sangat singkat. Para perampok itu telah berhasil mengambil barang-barang rumahku, juga mengambil HPku, bukan karna HPku yang hilang, tapi Dia yang hilang. Aku benci perampok itu, mereka telah mengambil hidupku, mereka telah mengambil ketenangan keluargaku. Aku terus meronta dalam hati, sebelum akhirnya kedua orang tuaku kemudian menyelamatkanku. Itu, satu tahun yang lalu.
* * *
 Tangan ini sudah tidak lagi di dagu untuk menyangga kepala yang tadi hamper jatuh. Mata ini juga sudah tak lagi memandang layar ponsel berwarna putih, melainkan tubuh sudah berbaring diatas ranjang yang tak kusadari kapan Aku berada disini. Ibuku yang selalu melakukan itu. Suara lembut hembusan anginyang menimpa gorden jendela kamarku telah mengembalikan kesadaranku. Aku baru ingat, Dia sangat suka angin yang lembut.
 Itu dari ceritanya.
 Yah……. Dia telah datang. Aku segera membuka mata dan beranjak duduk. Aku menatap sekeliling, dan seakan nafas ini terasa sesak. Genangan air sedikit demi sedikit bermunculan di kelopak mataku. Selalu saja. Kerinduan yang entah sampai kapan akan terobati. Kerinduan tentang dirinya yang selalu mengisi hari-hariku. Aku merindukan suara itu, dan benar-benar ingin mendengarnya lagi.